Minggu, 08 Juni 2008
Rahasia Memilih Pakaian
Pernahkah Anda temui seorang wanita yang tiap harinya selalu terlihat gaya dengan busananya? Seolah, apa yang dikenakannya pasti saja pas untuk dirinya. Dan diam-diam, ada rasa 'ingin seperti dia' dalam hati Anda.Sekarang, cobalah lihat isi lemari pakaian Anda. Ada berapa potong pakaian tersimpan di dalamnya? Lantas, sebenarnya, seberapa banyak pakaian yang benar-benar terpakai oleh Anda? Tidak semua, bukan? Nah, di sinilah masalah sebenarnya yang membedakan Anda dengan dia. Orang yang selalu tampil pas dengan busananya adalah orang yang paham betul bentuk tubuh dan kebutuhannya. Ia hanya membeli busana yang diperlukan dan pas dengan bentuk tubuhnya. Sebaliknya pada mereka yang asal membeli hanya karena ingin. Bisa dipastikan, hanya 20 persen dari 80 persen pakaian yang benar-benar terpakai. Agar busana yang terbeli tidak menumpuk percuma, cobalah terapkan saran dari konsultan pakaian, Diana Pamberton, berikut:* Pahami warna apa yang cocok untuk Anda* Perhatikan seperti apa bentuk tubuh Anda untuk mendefinisikan baju yang pas* Bagaimana personalitas berpakaian Anda* Bagaimanakah gaya hidup AndaNah, kalau sudah begitu, Anda tentu akan lebih mudah menentukan pakaian seperti apa yang semestinya dibeli. Anda juga masih bisa mengikuti apa yang sedang menjadi tren tanpa harus kehilangan kepribadian Anda.Bagaimana dengan lingerie alias pakaian dalam? Anna Johnson, penulis Three Black Skirts: All You Need to Survive yang juga penulis di majalah Elle, Vanity Fair dan Vogue, mengingatkan: pakaian dalam yang baik dan cocok sangat mendukung penampilan. Dari semua jenis pakaian dalam, ia menyoroti fungsi penting bra sebagai 'penyangga utama penampilan'. Ia membuat empat catatan penting tentang bra:* Pilihlah bra dengan tali yang terbuat dari plastik transparan lentur. Selain nyaman, bra jenis ini juga aman untuk setiap busana. * Untuk gaun, pilih bra tanpa tali dengan penyangga kawat atau plastik keras. * Pilih bra dari bahan stretch yang lembut jika mengenakan kaus.* Bra yang sedikit seksi cocok dipakai dengan padanan baju tidur pilihan suami* Bra terbaik wajib dipakai setiap Senin atau hari pertama masuk kerja pada setiap minggu. * Bra yang baik tidak tergantung pada merek, tapi pada kenyamanan dan kecocokan Anda saat memakainya. Bra yang cocok itu membuat perasaan Anda lebih 'bercahaya'. (Republika, 5 April 2003)
Shampo Alternatif
Koran Republika, 21 Oktober 2002 menuliskan kegunaan ekstrak buah mengkudu dari hasil penelitian siswa madrasah Aliyah Al-Muslimun Kawistolegi. Memang kalau dipikir begitu banyak tanaman di Indonesia yang belum digali beberapa manfaatnya selain untuk jamu. Misalnya manfaat buah mengkudu ini bisa sebagai shampo anti ketombe (salju di rambut... apalagi kalau pake baju hitam amat sangat kelihatan, berguguran bagai salju). Ingin buktinya tak ada salahnya dicoba. Untuk lebih lanjut simak bagaimana cara penggunaannya.
Kegunaan buah mengkudu (morinda citrifolia linn) sudah diketahui banyak orang. Selain dapat digunakan sebagai analgesik dan antirematik, daun dan akarnya dapat pula digunakan untuk mengobati sakit kepala atau menghilangkan rasa sakit.Pemahaman itu diketahui oleh Nur Aminah bersama dua rekannya: Suliyem dan Nuryati dari buku Prof Hembing Widjayakusuma yang pernah dibacanya. Dari pemahaman itu pulalah yang mendorong ketiga siswi Madrasah Aliyah Al Muslimin Kawistolegi Karanggeneng, Lamongan, ini untuk meneliti manfaat lain buah mengkudu; menghilangkan ketombe. Maka dilakukanlah serangkaian penelitian, pada Februari - Maret 2002 di sekolah Madrasah Aliuah Al Muslimin, sekolah tempat mereka menuntut ilmu. Penelitian bertujuan menyelidiki apakah mengkudu dapat mengurangi ketombe. Selain itu, apakah ada perbedaan pemakaian ekstrak buah mengkudu dengan konsentrasi 100 persen, 70 persen, dan 40 persen.Sedikitnya ada 30 penderita ketombe yang menjadi sampel penelitian ini. Diambil secara acak, mereka adalah santri Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah yang menderita ketombe. Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dan wawancara. Data diperoleh dari perhitungan jumlah angket yang disebarkan pada responden setelah masa keramas lima kali pengulangan.Bahan penelitian yang digunakan, menurut Nur Aminah, adalah buah mengkudu yang telah matang. Tanaman ini banyak tumbuh di seluruh Indonesia, baik di tepi pantai, di daerah pegunungan, juga kerap dijumpai di halaman atau pekarangan penduduk. Pada pembuatan ekstrak buah mengkudu, buah mengkudu segar 500 gram yang sudah dibersihkan dan dikupas, kemudian dihancurkan dengan menggunakan ekstraktor juicer. Ini menghasilkan ekstrak sebanyak 225 ml. Hasil ini lalu dibuat beberapa konsentrasi.Konsentrasi 100 persen, yaitu 75 ml ekstrak buah mengkudu tidak dicampur dengan air aqua. Konsentrasi 75 persen, yaitu 52,2 ml ekstrak mengkudu ditambah dengan 22,6 ml air aqua. Konsentrasi 40 persen, yaitu 30 ml ekstrak buah mengkudu ditambah dengan 45 ml air aqua.Ketiga sediaan uji dalam tiga konsentrasi tersebut, masing-masing dikocok hingga menjadi suspensi yang homogen. Selanjutnya, tiap sediaan uji dibagi menjadi sepuluh bagian yang sama, yaitu masing-masing 7,5 ml yang digunakan untuk sekali keramas. Pemberian sediaan uji pada responden diulang setelah selang waktu dua hari, sampai lima kali pengulangan.Sebanyak 29 responden atau 96, 7 persen mengaku merasa gatal saat keramas pertama kali dengan ekstrak buah mengkudu. Sejumlah 13 responden atau 43, 36 persen mengaku masih merasa gatal pada pemakaian kedua. Pada pemakaian ketiga dan seterusnya 28 responden atau 93,3 persen mengaku sudah tidak merasa gatal lagi.Dari perhitungan data yang terkumpul dapat dianalisis bahwa pada umumnya setiap konsentrasi dapat mengurangi jumlah ketombe yang diderita oleh responden. Dari sini diketahui pula bahwa tingkat pengurangan ketombe untuk tiap konsentrasi berbeda.Yakni, dengan konsentrasi 100 persen dapat mengurangi ketombe lebih baik dari pada dengan konsentrasi 70 persen. Dengan konsentrasi 70 persen dapat mengurangi ketombe lebih baik dari pada dengan konsentrasi 40 persen. Demikian pula dengan konsentrasi 100 persen dapat mengurangi ketombe lebih baik dari pada dengan konsentrasi 40 persen. Dari hasil ini dapat diartikan bahwa ekstra buang mengkudu dapat menghilangkan ketombe. ''Konsentrasi yang paling baik digunakan untuk keramas adalah 100 persen,'' kata Nur Aminah.Selain itu, hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa ekstrak buah mengkudu dengan konsentrasi lebih besar dapat menghasilkan busa lebih banyak. Dalam hal ini, kata Nur Aminah, yang paling banyak menghasilkan busa adalah ekstrak buah mengkudu dengan konsentrasi 100 persen. Sebaliknya, ekstrak buah mengkudu dengan konsentrasi 40 persen paling sedikit menghasilkan busa.Hasil penelitian Nur Aminah dan kawan-kawan ini termasuk salah satu finalis Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) 2002 yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). bur( )
Kegunaan buah mengkudu (morinda citrifolia linn) sudah diketahui banyak orang. Selain dapat digunakan sebagai analgesik dan antirematik, daun dan akarnya dapat pula digunakan untuk mengobati sakit kepala atau menghilangkan rasa sakit.Pemahaman itu diketahui oleh Nur Aminah bersama dua rekannya: Suliyem dan Nuryati dari buku Prof Hembing Widjayakusuma yang pernah dibacanya. Dari pemahaman itu pulalah yang mendorong ketiga siswi Madrasah Aliyah Al Muslimin Kawistolegi Karanggeneng, Lamongan, ini untuk meneliti manfaat lain buah mengkudu; menghilangkan ketombe. Maka dilakukanlah serangkaian penelitian, pada Februari - Maret 2002 di sekolah Madrasah Aliuah Al Muslimin, sekolah tempat mereka menuntut ilmu. Penelitian bertujuan menyelidiki apakah mengkudu dapat mengurangi ketombe. Selain itu, apakah ada perbedaan pemakaian ekstrak buah mengkudu dengan konsentrasi 100 persen, 70 persen, dan 40 persen.Sedikitnya ada 30 penderita ketombe yang menjadi sampel penelitian ini. Diambil secara acak, mereka adalah santri Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah yang menderita ketombe. Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dan wawancara. Data diperoleh dari perhitungan jumlah angket yang disebarkan pada responden setelah masa keramas lima kali pengulangan.Bahan penelitian yang digunakan, menurut Nur Aminah, adalah buah mengkudu yang telah matang. Tanaman ini banyak tumbuh di seluruh Indonesia, baik di tepi pantai, di daerah pegunungan, juga kerap dijumpai di halaman atau pekarangan penduduk. Pada pembuatan ekstrak buah mengkudu, buah mengkudu segar 500 gram yang sudah dibersihkan dan dikupas, kemudian dihancurkan dengan menggunakan ekstraktor juicer. Ini menghasilkan ekstrak sebanyak 225 ml. Hasil ini lalu dibuat beberapa konsentrasi.Konsentrasi 100 persen, yaitu 75 ml ekstrak buah mengkudu tidak dicampur dengan air aqua. Konsentrasi 75 persen, yaitu 52,2 ml ekstrak mengkudu ditambah dengan 22,6 ml air aqua. Konsentrasi 40 persen, yaitu 30 ml ekstrak buah mengkudu ditambah dengan 45 ml air aqua.Ketiga sediaan uji dalam tiga konsentrasi tersebut, masing-masing dikocok hingga menjadi suspensi yang homogen. Selanjutnya, tiap sediaan uji dibagi menjadi sepuluh bagian yang sama, yaitu masing-masing 7,5 ml yang digunakan untuk sekali keramas. Pemberian sediaan uji pada responden diulang setelah selang waktu dua hari, sampai lima kali pengulangan.Sebanyak 29 responden atau 96, 7 persen mengaku merasa gatal saat keramas pertama kali dengan ekstrak buah mengkudu. Sejumlah 13 responden atau 43, 36 persen mengaku masih merasa gatal pada pemakaian kedua. Pada pemakaian ketiga dan seterusnya 28 responden atau 93,3 persen mengaku sudah tidak merasa gatal lagi.Dari perhitungan data yang terkumpul dapat dianalisis bahwa pada umumnya setiap konsentrasi dapat mengurangi jumlah ketombe yang diderita oleh responden. Dari sini diketahui pula bahwa tingkat pengurangan ketombe untuk tiap konsentrasi berbeda.Yakni, dengan konsentrasi 100 persen dapat mengurangi ketombe lebih baik dari pada dengan konsentrasi 70 persen. Dengan konsentrasi 70 persen dapat mengurangi ketombe lebih baik dari pada dengan konsentrasi 40 persen. Demikian pula dengan konsentrasi 100 persen dapat mengurangi ketombe lebih baik dari pada dengan konsentrasi 40 persen. Dari hasil ini dapat diartikan bahwa ekstra buang mengkudu dapat menghilangkan ketombe. ''Konsentrasi yang paling baik digunakan untuk keramas adalah 100 persen,'' kata Nur Aminah.Selain itu, hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa ekstrak buah mengkudu dengan konsentrasi lebih besar dapat menghasilkan busa lebih banyak. Dalam hal ini, kata Nur Aminah, yang paling banyak menghasilkan busa adalah ekstrak buah mengkudu dengan konsentrasi 100 persen. Sebaliknya, ekstrak buah mengkudu dengan konsentrasi 40 persen paling sedikit menghasilkan busa.Hasil penelitian Nur Aminah dan kawan-kawan ini termasuk salah satu finalis Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) 2002 yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). bur( )
Jumat, 06 Juni 2008
Awal yang Menyenangkan
Awal yang menyenangkan tentunya, untuk sekedar memposting asa yang berserak di fikiran. Satu hal yang melukiskan romantisme sejarah... saat-saat lalu di kampung halaman yang bisu kalau sekedar hanya dikenang. Yang terindah adalah lukisan proses kehidupan yang penuh tantangan dari problematika yang selalu hadir silih berganti. Satu demi satu menjadi ujian dan harus dijalani karena ingin meningkatkan taraf hidup.
Sembilan tahun bersekolah formal di Madrasah... adalah keharusan untuk memahami siklus peradaban awal dalam membentuk paradigma berfikir, baru selanjutnya konsep hijrah menjadi keharusan selanjutnya. Hijrah di sini sebagai manifesto petualangan belajar di sekolah kehidupan untuk mencari pengalaman dengan berbagai cara sekolah, bekerja dan atau sekolah sambil bekerja. Ini adalah alternatif kalau kita ingin luas wawasan pengetahuan dan pergaulan.
Langganan:
Postingan (Atom)